Langsung ke konten utama

Pergantian Sesepuh Wali Songo

Pergantian Sesepuh Wali Songo  - Setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim Wafat, maka Sunan Ampel diangkat sebagai sesepuh Walisongo, sebagai Mufti atau pemimpin agama Islam se-Tanah Jawa. Beberapa murid dan putra Sunan Ampel sendiri juga menjadi anggota Walisongo, mereka adalah : Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Muria Sunan Kota atau Raden Patah, Sunan Kudus, Sunan Gunungjati. 

Wali Songo

Wali Songo

Raden Patah atau Sunan Kota memang pernah menjadi anggota Walisongo menggantikan kedudukan salah seorang wali yang meninggal dunia. Dengan diangkatnya Sunan Ampel sebagai sesepuh maka para wali lain tunduk patuh kepada kata-katanya. Termasuk fatwa beliau dalam memutuskan peperangan dengan pihak Majapahit. 

Para wali yang lebih muda menginginkan agar tahta Majapahit direbut dalam tempo secepat-cepatnya. Tetapi Sunan Ampel berpendapat bahwa masalah tahta Majapahit tidak perlu diserang secara langsung karena kerajaan besar itu sesungguhnya sudah keropos dari dalam, tak usah diserang oleh Demak Bintoro pun sebenarnya Majapahit akan segera runtuh. 

Para wali yang lebih muda menganggap Sunan Ampel terlalu lamban dalam memberikan nasehat kepada Raden Patah. 

“Mengapa Ramanda berpendapat demikian?” tanya Raden Patah yang terhitung menantunya sendiri. 'Karena aku tidak ingin di kemudian hari ada orang menuduh Raia Demak Bintoro yang masih putra Raja Majapahit Prabu Kertabumi telah berlaku durhaka, yaitu berani menyerang ayahandanya sendiri. jawab Sunan Ampel dengan tenang. 

“Lalu apa yang hams saya lakukan ?” 

“Kau harus sabar menunggu sembari menyusun kekuatan,‘ ujar Sunan Ampel." Tak lama lagi Majapahit akan runtuh dari dalam. Diserang adipati lain. Pada saat itulah kau berhak merebut hak warismu selaku putra Prabu Kertabumi. 

“Majapahat diserang adipati lain ? Apakah saya tidak berkewajiban membelanya ?" 

"Inilah ketentuan Tuhan, 'sahut Sunan Ampel. ' Waktu kejadiannya masih dirahasiakan. Aku sendiri tidak tahu persis kapankah peristiwa itu akan berlangsung. Yang jelas bukan kau adipati yang menyerang Majapahit itu." Sunan Ampel adalah Penasehat Politik Demak Bintoro. 

Sekaligus merangkap Pemimpin Walisongo atau Mufti Agama se-Tanah Jawa. Maka fatwanya dipatuhi semua orang. 

Kekuatiran Sunan Ampel tersebut memang terbukti. Di kemudian hari ternyata ada orang-orang pembenci Islam memutar bahkkan fakta sejarah.mereka menuliskan bahwa Majapahit jatuh diserang oleh Kerajaan Demak Bintoro yang Rajanya adalah putra Raja Majapahit sendiri . 

Dengan demikian Raden Patah dianggap sebagai Anak Durhaka, ini dapat anda lihat di dalam Serat Darmo Gandul maupun sejarah yang ditulis Sarjana Kristen pembenci Islam. 

Raden Patah dan para wali lainnya akhimya tunduk patin pada fatwa Sunan Ampel. Tibalah saatnya Sunan Ampel wafat pada tahun 1478 Sunan Kalijaga diangkat sebagai penasehat bagian politik Demak.

Sunan Giri diangkat sebagai pengganti Sunan Ampel sebagai Mufti, pemimpin para wali dan pemimpin agama Se-Tanah Jawa. Sesepuh yang selalu dimintai pertimbangannya. Setelah Sunan Giri diangkat sebagai Mufti sikapnya terhadap Majapahit sekarang berubah. Ia menyetujui usul Aliran Tuban untuk memberi fatwa kepada Raden Patah agar menyerang Majapahit. Mengapa Sunan Giri bersikap demikian ? 

Karena pada tahun 1478 Kerajaan Majapahit diserang oleh Prabu Rana Wijaya atau Girindrawardhana dari Kadipaten Kediri atau Keling. Dengan demikian sudah tepatlah jika Sunan Giri menyetujui penyerangan Demak atas Majapahit. Sebab pewaris sah tahta kerajaan Majapahit adalah Raden Patah selaku putra Raja Majapahit yang terakhir. 

Demak kemudian bersiap-siap menyusun kekuatan. Namun belum lagi serangan dilancarkan. Prabu Rana Wijaya keburu tewas diserang oleh Prabu Udara pada tahun 1498. 

Pada tahun 1512. Prabu Udara selaku Raja Majapahit merasa terancam kedudukannya karena melihat kedudukan Demak yang didukung Giri Kedaton semakin kuat dan mapan. Prabu Udara kuatir jika terjadi peperangan akan menderita kekalahan, maka dia minta bekerjasama dan minta bantuan Portugis di Malaka. Padahal Putra Mahkota Demak yaitu Pati Unus pada tahun 1511 telah menyerang Portugis di Malaka.

Sejarah telah mencatat bahwa Prabu Udara telah mengirim utusan ke Malaka untuk menemui Alfonso di Albuquerque untuk menyerahkan hadiah berupa 20 genta (gamelan), sepotong kain panjang bernama 'Beirami ' tenunan Kambayat,13 batang lembing yang ujungnya berbesi dari sebagainya.

Maka tidak salah jika pada tahun 1517 Demak menyerang Prabu Udara yang merampas tahta Majapahit secara tidak sah. Dengan demikian jatuhlah Majapahit ketangan Demak. Seandainya Demak tidak segera menyerang Majapahit tentu bangsa Portugis akan menjajah Tanah Jawa jauh lebih cepat daripada bangsa Belanda.

Setelah Majapahit jatuh pusaka kerajaan diboyong ke Demak Bintoro. Termasuk Mahkota Rajanya. Raden Patah diangkat sebagai Raja Demak yang pertama. 

Sunan Ampel juga turut membantu mendirikan Masjid Agung Demak yang didirikan pada tahun 1477 M. Salah satu di antara empat tiang utama masjid Demak hingga sekarang masih diberi nama sesuai dengan yang membuatnya yaitu Sunan Ampel 

Baca juga selanjutnya



Beliau pula yang pertama kali menciptakan Huruf Pegon atau Tulisan Arab berbunyi Bahasa Jawa. Dengan huruf pegon ini beliau dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya. Hingga sekarang huruf pegon tetap dipakai sebagai bahan pelajaran agama Islam di kalangan Pesantren.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Cerita Asal Usul Batara Guru (Sang Hyang Manikmaya)

Kisah Cerita Asal Usul Batara Guru (Sang Hyang Manikmaya) - Batara Guru atau Sang hyang Manikmaya ialah putra Sang Hyang Tunggal dengan Dewi Rekatawati atau Dewi Wirandi, putri raja jin Prabu Yuyut di negeri Keling. Saudara Batara Guru adalah Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Antaga. Batara Guru mempunyai dua orang isteri yakni : Batara Guru Baca juga selanjutnya Kesaktian Beghawan Bagaspati Matinya Tokoh Wayang Bambang Aswatama 1. Dewi Umayi atau Umaranti, berputera enam orang yakni Sambo, Brahma, Indra, Bayu, Wisnu dan batara Kala. 2. Dewi Umaparwati berputera Batara Cakra, Batara Gana/Ganesya (Mahadewa) dan Batara Asmara. Batara Guru adalah seorang raja dewa yang memerintah Tribawana yakni : Kayangan, Mayapada, dan Sonyaruri.

Cerita kehidupan Raden Bogadenta

Cerita kehidupan Raden Bogadenta - Bogadenta adalah termasuk keluarga Kurawa dia terlempar ke tanah seberang ketika dalam lakon Pandawa ditimbang dengan Kurawa sebelum Bima datang timbangan tersebut berat Kurawa, namun setelah Bima datang dengan melompati timbangan tersebut akhirnya keluarga Kurawa banyak yang terlempar jatuh di negara seberang.  Bogadenta Baca juga di bawah ini Dentawilukrama Raja Singgelapura Anak Keturunan Prabu Basupati Demikian juga dengan yang dialami oleh Prabu Bogadenta ia terlempar jatuh di negara Turilaya dan Bogadentapun menjadi raja disana. Tokoh ini mati dalam perang Baratayuda setelah bertanding dengan Bima, ia punya sanjata andalan yang ampuh bernama Kyai Wisnawa atau Wismana, tinggalan dari Prabu Bomanarakasura.

Gugurnya Raden Antareja

Gugurnya Raden Antareja - Antareja ialah putra Bratasena dan Dewi Nagagini dari Kayangan Saptpretala, Raden Antareja juga termasuk kesatria muda Amarta yang bercita-cita menegakkan kebenaran dan menumpas angkara murka, tetapi sebelum perang Baratayuda terjadi Antareja yang punya senjata lidah, ketika menilat telapak kaki yang mempunyai telapak kaki tersebut akan mati. Raden Antareja Baca juga selnjutnya di bawah ini Cerita Berubahnya Anjani Menjadi Kera Kisah Kehidupan Dewi Andrika Yang Dikutuk Menjadi Ikan Sebelum pecah perang bratayuda, Antareja gugur karena menjilat bekas tapak kakinya sendiri atas rekayasa prabu Kresna, karena dewa tidak menghendaki Antarja yang sangat sakti itu ikut perang baratayuda, karena akan dengan mudah menghabisi Kurawa. selain itu Antareja tidak memiliki hutang dalam hidupnya.