Langsung ke konten utama

Manajemen Sebelas Asas Pak Suharto

Manajemen Sebelas Asas Pak Suharto - Pak Harto menurut saya sudah ditakdirkan Tuhan Yang Maha Esa untuk menjadi pemimpin bangsa. Keistimewaan yang menggambarkan sifat-sifat seorang pemimpin menurut biografi beliau sudah terlihat sejak masih usia muda. Dari cara-cra beliau berkomunikasi dengan sesama teman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, keikhlasan beliau untuk mengemban tugas yang diserahkan kepadanya sudah sama-sama kita lihat dan rasakan.

Sebagai pembantu beliau saya pelajari bahwa leadership yang beliau amalkan sesuai dengan Prinsip ll ASAS Kepemimpinan yang dikembangkan di lingkup ABRI Pertama: Takwa, yaitu Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa serta melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, sebagaimana terkandung dalam Al Qur'an dan Sunnah Rasul. 

Pak Suharto

Pak Suharto

Kedua: Ing Ngarsa Sung Tulada, yaitu memberikan suri tauladan kepada anak buah, contohnya antara lain: beliau selalu mendengarkan secara saksama apa yang dikemukakan oleh bawahan sampai selesai tanpa mengadakan interupsi, didengarkan dengan baik, dengan daya nalar dan daya ingat yang baik dan sangat tajam beliau memberikan petunjuknya. 

Dalam manajemen. beliau selalu berp cung teguh kepada landasan legalitas oleh karenanya beliau menguasai betul apa yang diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, dan GBHN butir demi butir, dan Peraturan Perundang-undangan lainnya.

Ketiga: Ing Madya Mangun Karsa, yaitu ikut bergiat serta menggugah semangat di tengah anak buah. Bila kita melakukan kesalahan, beliau akan mengerti dan senang bila kita mengakui kesalahan itu, kita jangan coba-coba menyalahkan orang lain untuk menutupi kelemahan kita di hadapan beliau. 

Hal ini mendidik kita untuk jujur dan jangan mudah patah hati. Beliau tidak pernah mengatakan bahwa dirinya yang terbaik, sebab setiap manusia pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan. Oleh karena itu, dalam setiap penyampaian pertanggungjawaban beliau di depan MPR dan dalam kesempatan lainnya hal ini selalu beliau ungkapkan dengan rendah hati. 

Sikap ini bukan hal yang mudah dilakukan oleh kebanyakan pemimpin. Beliau juga hormat terhadap orang tua. Menurut saya orang yang hormat kepada orang tua akan menjadi pemimpin yang baik. Beliau tidak angkuh. tetapi bila beliau telah yakin akan sesuatu hal, beliau sangat teguh dengan apa yang diyakini ini dan tidak akan mundur.

Keempat : Tut Wuri Handayani, yaitu mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah. Bila ada yang tidak dapat diselesaikan oleh anak buah beliau memberi dorongan atau petunjuk-petunjuk untuk dapat menyelesaikan dengan baik. 

Kelima: Waspada Purba Wisesa. yaitu selalu waspada, menguasai dan sanggup mengadakan koreksi kepada anak buah, dan juga beliau berani menerima koreksi yang membangun, yang disampaikan masyarakat maupun bawahan. 

Keenam: Ambeg Parama Arta. yaitu dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan atau diprioritaskan. Hal ini terlihat pada saat Pelita I dimulai, strategi Pembangunan yang berdasar Trilogi Pembangunan itu meletakkan Stabilitas pada bobot utama. Hal ini tidak berarti Pertumbuhan dan Pemerataan tidak penting, tetapi kondisinya pada saat itu kita membutuhkan Stabilitas untuk dapat melaksanakan pembangunan secara aman dan berkelanjutan. 

Pada Pelita selanjutnya pertumbuhan menjadi prioritas, sedang saat ini Pemerataan bobot utamanya di samping Pertumbuhan dan Stabilitas tetap mempakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pembangunan.

Ketujuh: Prasaja, yaitu tingkah laku sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Hal ini tercermin dari sikap beliau dalam kehidupannya sehari-hari bahkan sumbangan yang beliau terima dari daerah, maupun negara mana pun beliau himpun di Museum Purna Bhakti Pertiwi Taman Mini Indonesia Indah untuk disumbangkan kembali kepada negara. 

Kedelapan: Satya, yaitu sikap loyal yang timbal balik dari atasan terhadap bawahan dari bawahan kepada atasan dan kesamping seperti yang dilakukan beliau kepada Bung Karno proklamator kita pada tahun 1967 banyak pihak yang mendesak beliau untuk mengadili Bung Karno atas keterlibatannya dalam G 30 S PKI, namun Pak Harto bersikap kukuh untuk tidak menuruti kehendak mereka. Bung Karno sangat banyak jasanya kepada negara dan bangsa kita ini, dan beliau adalah Proklamator Kemerdekaan kita. Loyalitas Pak Harto kepada pendahulunya sangat besar.

Kesembilan: Gemi Nastiti, yaitu kesadaran dan kemampuan untuk mengelola penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu untuk yang benarabenar diperlukan. Karena itu prinsip: prioritas-prioritas dalam Pembangunan, dan Prinsip Anggaran Berimbang dan lain-lain, selalu beliau gunakan dalam mengelola Pembangunan Bangsa ini. 

Kesepuluh: Blaka, yaitu kemampuan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakannya. Kesebelas: Legawa, yaitu bersedia, rela, dan ikhlas untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukannya kepada generasi berikutnya. 

Dari uraian tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa beliau telah ditakdirkan sebagai pemimpin bangsa. Visi beliau sangat jauh ke depan serta pengetahuan beliau tentang berbagai masalah selalu mengikuti perkembangan yang terjadi dan rinci. 

Kemampuan tersebut jarang dimiliki oleh kebanyakan orang, kemampuan inilah yang dinamakan petunjuk Tuhan. Ini mungkin, karena beliau selalu dekat dan mengamalkan secara sungguh-sungguh perintah Tuhan, misalnya bila beliau akan melakukan sesuatu selalu didahului dengan ucapan "Bismillah". 

Di dalam keseharian beliau kadang-kadang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat (sasmita) sehingga kita sebagai pembantunya harus memahami budaya bahasa sasmita agar dapat menangkap makna secara tepat apa yang di balik isyarat tersebut. Pada sisi lain gagasan, keputusan-keputusan beliau sangat pragmatis, sederhana serta runtun mudah dicerna oleh akal sehat. 

Hal ini dapat kita lihat dalam pengalaman kita melaksanakan Pembangunan Nasional, dimulai dari upaya memenuhi kecukupan pangan untuk penduduk, dan sandang serta papan yang merupakan kebutuhan dasar dari kehidupan di samping pembangunan di bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan dan lain-lain.

Demikian pula saat masyarakat mencari makna terjemahan tentang UUD 1945, Pasal 33 ayat 2 "Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara" di sini beliau memberikan penjelasan tentang arti kalimat "Dikuasai Negara" bukanlah hanya secara harfiah fisik saja tetapi juga dapat dilakukan melalui pengaturan dengan perundang-undangan dan atau dengan manajemen. 

Kepada para pembantunya (Menteri) beliau merupakan mitra wicara dan pendengar yang baik. Daya ingat beliau sangat kuat sehingga bila kita melaporkan sesuatu tidak konsisten dengan laporan-laporan yang terdahulu atau mengarang yang bukan-bukan beliau akan mengetahui, oleh karena itu, jangan mencoba-coba mengarang di hadapan beliau. 

Demikian pula beliau mengetahui apakah kita dengan ikhlas atau tidak saat menerima tugas yang diberikan. Saya sangat kagum terhadap kesabaran dan ketawakalan beliau meskipun ada orang yang mengecam kebijaksanaannya. Hal inilah yang menurut saya menjadi salah satu faktor bahwa figur beliau dapat diterima oleh masyarakat luas dan menjadi pemersatu yang sangat vital bagi Stabilitas Nasional. 

Bagi pemimpin masa depan menurut anggapan saya perlu dipelajari, dihayati dan diamalkan dasar-dasar ll Asas Kepemimpinan ini. Dalam hal berkomunikasi saya menghadap beliau setiap bulan sekali dan melaporkan hal-hal yang penting saja. Cara beliau mengawasi pembantunya tergantung kepada Menteri yang bersangkutan. 

Kepada Presiden saya tidak menganut sistem Asal Bapak Senang (ABS). Hal-hal yang dapat saya selesaikan, saya usahakan untuk menyelesaikan sendiri, karena saya tidak ingin membebani beliau dengan hal yang tidak perlu mengingat beliau berkedudukan bukan hanya sebagai pemimpin nasional saja tetapi juga pemimpi dunia. 

Beliau sudah memberi petunjuk garis-garis besar kepada para Menteri, tetapi menjumpai keraguan dalam mengambil tindakan, kita dapat menanyakan kepada beliau untuk mencan pemecahannya. Beliau tidak pernah kelihatan marah karena sifat beliau yang halus, tetapi saya tahu, mana yang tidak berkenan di hati beliau, beda dengan saya di Sumatera kalau marah meledak-ledak, tetapi syukur Alhamdulillah sifat yang kurang baik itu, Insya Allah sudah dapat saya perbaiki. 

Perihal putra-putri beliau yang berbisnis, bagi Pak Harto masing-masing putra-putri diberi kesempatan sebagai warga negara, hal ini sama kepada siapa pun, beliau selalu memberi kesempatan. Seperti orang tua saya yang selalu berpesan agar berbuat baik kepada semua orang, hal ini bukan berarti berbuat yang disenangi orang namun apa yang kita lakukan akhirnya akan bermanfaat bagi orang tersebut dan masyarakat serta orang banyak.

Pengalaman yang paling berkesan saat saya menjabat Gubernur Sumatera Barat, waktu itu saya berusaha mendalami masalah pertanian, koperasi, perikanan, KUD, dan lain-lain yang menjadi hobi beliau. Dalam kunjungan beliau ke Sumatera Barat saya berusaha menjelaskan apa yang saya ketahui, namun ada kekurangan yang akhirnya justru beliau yang menjelaskan masalahnya secara rinci kepada saya, kalau saya mengingat hal tersebut rasanya malu sekali karena beliau sangat mendalami masalah-masalah yang penting bagi kesejahteraan rakyat banyak. 

Pesan saya kepada generasi muda bila ingin menjadi pemimpin hendaknya dapat mempelajari ll Asas Kepemimpinan secara lengkap. Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah hal yang mendasar untuk diamalkan sebagai landasan pengamalan asas kepemimpinan lainnya karena kita sadar bahwa hidup itu hanya sebentar. 

Baca juga selanjutnya di bawah ini



Pada suatu saat setiap manusia pasti akan menghadapi maut, kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil oleh Tuhan (menghadapi maut) itu. Oleh karena itu, selagi kita hidup, marilah kita berbuat amal ibadah sebanyak-banyaknya bagi keluarga, bangsa, dan Tanah Air tercinta ini dengan ikhlas sesuai janji kepada Tuhan Yang Maha Esa pada saat kita menunaikan salat, kita mengucapkkan:

Innashalati, wanusuki, wamahyaya, wamamati lillahi robbil'alamin.

Artinya : ''Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya semata-mata untuk mendapat ridho Allah, Tuhan Penguasa Alam semesta ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Cerita Asal Usul Batara Guru (Sang Hyang Manikmaya)

Kisah Cerita Asal Usul Batara Guru (Sang Hyang Manikmaya) - Batara Guru atau Sang hyang Manikmaya ialah putra Sang Hyang Tunggal dengan Dewi Rekatawati atau Dewi Wirandi, putri raja jin Prabu Yuyut di negeri Keling. Saudara Batara Guru adalah Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Antaga. Batara Guru mempunyai dua orang isteri yakni : Batara Guru Baca juga selanjutnya Kesaktian Beghawan Bagaspati Matinya Tokoh Wayang Bambang Aswatama 1. Dewi Umayi atau Umaranti, berputera enam orang yakni Sambo, Brahma, Indra, Bayu, Wisnu dan batara Kala. 2. Dewi Umaparwati berputera Batara Cakra, Batara Gana/Ganesya (Mahadewa) dan Batara Asmara. Batara Guru adalah seorang raja dewa yang memerintah Tribawana yakni : Kayangan, Mayapada, dan Sonyaruri.

Cerita kehidupan Raden Bogadenta

Cerita kehidupan Raden Bogadenta - Bogadenta adalah termasuk keluarga Kurawa dia terlempar ke tanah seberang ketika dalam lakon Pandawa ditimbang dengan Kurawa sebelum Bima datang timbangan tersebut berat Kurawa, namun setelah Bima datang dengan melompati timbangan tersebut akhirnya keluarga Kurawa banyak yang terlempar jatuh di negara seberang.  Bogadenta Baca juga di bawah ini Dentawilukrama Raja Singgelapura Anak Keturunan Prabu Basupati Demikian juga dengan yang dialami oleh Prabu Bogadenta ia terlempar jatuh di negara Turilaya dan Bogadentapun menjadi raja disana. Tokoh ini mati dalam perang Baratayuda setelah bertanding dengan Bima, ia punya sanjata andalan yang ampuh bernama Kyai Wisnawa atau Wismana, tinggalan dari Prabu Bomanarakasura.

Cerita Gugurnya Prabu Arimba

Cerita Gugurnya Prabu Arimba - Arimba adalah raja negara Pringgodani setelah wafatnya Prabu Tremboko pada waktu perang pamuksa dengan Prabu Pandudewanata, dengan kejadian tersebut Prabu Arimba membara api dendamnya terhadap keturunan Prabu Pandu dan ingin membinasahkannya. Prabu Arimba Tetapi kejadian itu berkehendak lain, adik Arimba sendiri yaitu Dewi Arimbi telah jatuh cinta dengan Raden Werkudara dan pada akhirnya Prabu Arimba sendiri gugur ditangan Raden Werkudara, karena telah diberi tahu kelemahan Prabu Arimba. Baca juga selanjutnya Gugurnya Raden Antareja Mengetahui Kepribadian Tokoh Wayang Adirata Karena Prabu Arimba sakti mandraguna berkat keikutsertaan Dewi Arimbi untuk memberkan kelemahan kepada Raden Werkudara akhirnya bisa mengalahkan Prabu Arimba, pada akhirnya kerajaan Pringgodani diserahkan kepada Raden Werkudara yang akan menjadi Raja di Pringgodani, tetapi Raden Werkudara tidak mau dan dierahkan kepada keturunannya dengan Dewi Arimba ya